Profil Desa Bejiruyung

Ketahui informasi secara rinci Desa Bejiruyung mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.

Desa Bejiruyung

Tentang Kami

Profil Desa Bejiruyung, Sempor, Kebumen. Mengupas kearifan lokal masyarakat dalam memahat lanskap terasering yang memesona, menjaga sumber mata air sebagai jantung kehidupan, dan mengembangkan ekonomi berbasis gula aren.

  • Lanskap Terasering Ikonik

    Sistem pertanian desa didominasi oleh sawah terasering (sengkedan) yang canggih, sebuah mahakarya adaptasi masyarakat terhadap kontur perbukitan yang terjal sekaligus menjadi fondasi ketahanan pangan.

  • Sumber Mata Air sebagai Nadi Kehidupan

    Sesuai namanya ("Beji"), keberadaan banyak mata air menjadi aset vital yang mengairi sawah terasering dan menopang seluruh sendi kehidupan masyarakat desa.

  • Ekonomi Manis dari Gula Aren

    Industri rumahan pembuatan gula aren dari pohon enau ("ruyung") menjadi penopang ekonomi penting dan wujud pemanfaatan potensi alam secara turun-temurun.

XM Broker

Di antara lipatan perbukitan Kecamatan Sempor, Kabupaten Kebumen, tersembunyi sebuah mahakarya agrikultural bernama Desa Bejiruyung. Desa ini merupakan kanvas hidup yang dilukis oleh kerja keras generasi-generasi petaninya, menghasilkan pemandangan sawah terasering yang memukau dan menantang gravitasi. Nama "Bejiruyung" sendiri seolah membisikkan kisah identitasnya: "Beji" yang berarti sumber air atau pemandian suci dan "Ruyung" yang merujuk pada batang pohon enau (aren) yang kokoh. Dari dua elemen inilah, air dan pohon aren, masyarakat Bejiruyung membangun peradaban, ekonomi, dan ketahanan pangan mereka di atas lanskap yang menantang.

Geografi Terjal yang Dipahat Menjadi Berkah

Secara geografis, Desa Bejiruyung terletak di kawasan dengan topografi yang sangat terjal. Lereng-lereng curam dan lembah-lembah dalam menjadi kontur dominan di wilayah ini. Namun apa yang bisa menjadi kendala justru diubah menjadi berkah melalui sebuah kearifan lokal yang luar biasa: sistem terasering atau sengkedan. Para petani dengan telaten memahat lereng-lereng bukit menjadi undakan-undakan sawah yang produktif. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), Desa Bejiruyung memiliki luas wilayah 2,42 kilometer persegi (242 hektare).Wilayahnya berbatasan langsung dengan desa-desa tetangga di dalam lingkungan perbukitan yang serupa. Di sebelah utara, desa ini berbatasan dengan Desa Sampang. Di sebelah timur, berbatasan dengan Desa Jatinegara. Sementara di sisi selatan berbatasan dengan Desa Pekuncen, dan di sebelah barat berbatasan dengan Desa Somagede. Lanskap terasering ini tidak hanya berfungsi untuk menciptakan lahan tanam yang datar, tetapi juga merupakan sistem konservasi tanah dan air yang sangat efektif, mencegah erosi dan menjaga ketersediaan air di lahan pertanian.

Demografi dan Etos Kerja Masyarakat Lereng

Berdasarkan data kependudukan, Desa Bejiruyung dihuni oleh 2.052 jiwa. Dengan luas wilayahnya, desa ini memiliki tingkat kepadatan penduduk sekitar 848 jiwa per kilometer persegi. Mayoritas penduduknya ialah petani tulen, yang hidupnya menyatu dengan ritme tanam dan panen di sawah terasering. Selain itu, sebagian penduduk, terutama kaum pria, juga berprofesi sebagai penderes nira aren, sebuah pekerjaan yang menuntut keahlian, keberanian, dan ketekunan.Etos kerja masyarakat Bejiruyung terbentuk oleh alam yang mereka diami. Membangun dan merawat terasering, mengatur aliran air irigasi yang rumit, serta memanjat pohon aren setiap hari telah menumbuhkan karakter masyarakat yang ulet, sabar, dan sangat kooperatif. Semangat gotong royong bukan hanya slogan, melainkan sebuah kebutuhan mutlak untuk menjaga keberlangsungan sistem pertanian dan sosial mereka.

Peran Pemerintah Desa dalam Menjaga Keseimbangan

Pemerintah Desa Bejiruyung, bersama dengan Badan Permusyawaratan Desa (BPD), memegang peran penting sebagai penjaga keseimbangan ekosistem dan sosial. Arah kebijakan pembangunan desa sangat berorientasi pada penguatan sektor pertanian dan pelestarian sumber daya alam. Program-program yang digulirkan seringkali berfokus pada pemeliharaan dan perbaikan jaringan irigasi yang mengalir dari mata air, serta pembangunan jalan usaha tani untuk mempermudah pengangkutan hasil panen.Pemerintah desa juga aktif dalam mendukung para pengrajin gula aren, misalnya melalui fasilitasi pelatihan untuk peningkatan kualitas produk atau bantuan akses ke pasar yang lebih luas. "Warisan terbesar kami ialah sawah terasering dan mata air. Tugas kami ialah memastikan warisan ini tetap lestari dan terus memberikan manfaat bagi generasi mendatang," ungkap salah satu perwakilan pemerintah desa. Upaya ini menunjukkan kesadaran mendalam akan pentingnya menjaga harmoni antara pembangunan dan kelestarian lingkungan.

Terasering dan Mata Air: Fondasi Ketahanan Pangan

Dua elemen yang menjadi fondasi kehidupan di Bejiruyung ialah sistem terasering dan sumber mata airnya yang melimpah.Seni terasering di Bejiruyung merupakan wujud nyata dari kecerdasan ekologis yang diwariskan leluhur. Setiap petak sawah dibuat dengan perhitungan yang cermat untuk memaksimalkan penyerapan air dan meminimalkan aliran permukaan yang dapat menyebabkan longsor. Pematang-pematang sawah yang kokoh menjadi penahan tanah, sementara sistem pengairan yang mengalir dari petak teratas hingga terbawah memastikan setiap tanaman padi mendapatkan pasokan air yang cukup.Keberhasilan sistem terasering ini tidak mungkin terjadi tanpa adanya "Beji" atau sumber-sumber mata air. Desa ini diberkahi dengan banyak mata air yang debitnya relatif stabil sepanjang tahun. Mata air ini menjadi jantung kehidupan, sumber air minum, dan yang terpenting, sumber irigasi bagi hamparan sawah. Masyarakat secara komunal menjaga dan merawat mata air serta saluran-saluran irigasinya, menyadari bahwa gangguan pada sistem ini akan berdampak pada hajat hidup seluruh desa.

Gula Aren: Pemanis Ekonomi dari Pohon Ruyung

Di samping pertanian padi sebagai sumber pangan utama, industri rumahan gula aren (gula kelapa/gula merah) menjadi penopang ekonomi yang signifikan. Pohon enau (aren) tumbuh subur di sela-sela perbukitan dan di pekarangan rumah warga. Setiap pagi dan sore, para penderes akan memanjat pohon-pohon aren yang menjulang tinggi untuk menyadap nira (cairan manis dari bunga jantan).Nira yang terkumpul kemudian diolah secara tradisional oleh para perempuan di dapur-dapur mereka. Proses memasak nira hingga menjadi gula cetak membutuhkan waktu berjam-jam dan keahlian khusus untuk menghasilkan gula dengan kualitas, warna, dan aroma terbaik. Gula aren dari Bejiruyung dikenal memiliki rasa yang khas dan menjadi komoditas yang dijual ke pasar-pasar lokal di Sempor maupun Gombong. Usaha ini memberikan pendapatan tunai yang penting bagi keluarga petani.

Inovasi, Konservasi, dan Masa Depan Bejiruyung

Menghadapi tantangan zaman, Desa Bejiruyung berdiri di persimpangan antara tradisi dan modernitas. Tantangan utama yang dihadapi ialah regenerasi petani yang mau dan mampu melanjutkan kerja keras merawat terasering. Selain itu, fluktuasi harga gula aren dan persaingan dengan produk pemanis lainnya juga menjadi perhatian. Isu konservasi, terutama perlindungan kawasan di sekitar mata air (zona resapan), menjadi krusial untuk menjamin keberlanjutan pasokan air di masa depan.Peluang pengembangan desa ini sangat terbuka. Lanskap teraseringnya yang sangat indah memiliki potensi besar untuk dikembangkan sebagai destinasi agrowisata atau ekowisata. Wisatawan dapat diajak untuk merasakan pengalaman bertani di sawah terasering atau melihat langsung proses pembuatan gula aren secara tradisional. Inovasi produk turunan gula aren, seperti gula semut (gula kristal) atau aneka minuman, juga dapat meningkatkan nilai jual dan memperluas pasar.Visi masa depan Desa Bejiruyung ialah menjadi desa mandiri yang berdaya saing dengan tetap berpijak pada kearifan lokalnya. Dengan menjaga keseimbangan antara konservasi alam, pelestarian budaya agraris, dan inovasi ekonomi, Bejiruyung dapat terus menjadi bukti nyata bahwa manusia dapat hidup harmonis dengan alam, bahkan di medan yang paling menantang sekalipun.